Rabu, 09 November 2016

sejarah gulat




Sejarah Gulat

Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia ( PB. PGSI )

Berdasarkan faktar-fakta sejarah, gulat adalah cabang olahraga yang cukup tua umurnya. Di bawah ini diuraikan secara singkat sejarah gulat yang sebahagian besar diikuti dari buku The Olympic Guide dan ditambah juga dari buku Der Freis Ringkamf Handbuchfur Trainer und Ubungsliter serta wawancara dengan anggota pengurus persatuan Gulat Seluruh Indonesia tingkat pusat dan daerah.

Zaman Prasejarah

Pada tahun 2500 SM gulat telah menjadi suatu mata pelajaran di suatu sekolah di negara Cina. Begitu juga sekitar tahun 2050 SM gulat telah dipelajari oleh orang-orang Mesir. Hal ini ketahui berdasarkan peninggalan bangsa Mesir pada waktu itu. Salah satu peninggalannya tersebut berupa gambar-gambar yang menunjukkan teknik-teknik bergulat yang terdapat pada dinding Raja Bani Hasan. Selain itu sejarah juga menunjukkan bahwa negara-negara lainpun terdapat suatu jenis perkelahian yang serupa dengan bentuk-bentuk bergulat, seperti Sumo di Jepang, Glima di Iceland, Sohwingen di Swiss, Lancasshire di Scotch, Gumberland di Irish, Caterhras Chath Can di Amerika Serikat dan Greco Roman di Yunani.

Olympiade

Sejak Olympiade kuno, gulat telah menjadi suatu acara pertandingna, walaupun acara tersebut diadakan di dalam acara Penthalon. Peserta yang mengikuti pertandingan Pentahlon itu harus mengikuti pertandingan lompat jauh, lempar lembing, lari cepat, lempar cakram dan bergulat.

Pada Olympiade – I tahun 1896 di Athena, gulat gaya Yunani-Romawi menjadi suatu acara pertandingan tersendiri. Pegulat-pegulat tuan rumah pada umumnya memenangkan pertandingan. Hal ini disebabkan karena peraturan yang dipakai pada waktu itu tidak sama dengan peraturan yang dipakai di negara-negara peserta. Setelah itu pada setiap penyelenggaraan Olympiade, tuan rumahlah yang selalu menentukan peraturan pertandingan yang ditentukan. Bahkan gaya gulat yang dipertandingkan tuan rumah juga yang menentukannya, walaupun negara peserta lainnya belum menguasai gaya gulat itu.

Pada Olympiade – III tahun 1904 di St. Louis, Amerika Serikat maka acara pertandingan gulat hanya untuk gaya catehras catch can saja. Gaya gulat ini sangat digemari oleh rakyat Amerika Serikat sementara negara-negara lain merasa kecewa karena mereka pada umumnya mempelajari gaya Yunani-Romawi. Memang antara kedua gaya ini sangat jauh perbedaannya. Dalam gulat gaya Yunani-Romawi, peserta hanya diperbolehkan menyerang lawan dari batas pinggang ke atas dan tidak boleh menggunakan kaki sebagai alat untuk menyerang. Sedangkat gulat gaya catch as catch can hampir semua tangkapan diperbolehkan, malahan kunci-kunci mematahkan lawan juga diperbolehkan.

Inggris sebagia tuan rumah Olympiade IV tahun 1908, mengadakan pertandingan gulat untuk dua gaya yaitu Yunani-Romawi dan catch as catch can. Diluar dugaan Amerika Serikat sebagai juara gaya catch as catch can mendapat perlawanan yang keras dari negara-negara yang berasal dari Eropa. Meskipun demikian kekacauan dari negara peserta masih ada sebab peraturan pertandingan belum seragam.

Peraturan gulat internasional baru diadakan pada Olympiade XI tahun 1936 di Berlin, Jerman. Pada waktu itu juga dibentuk Federasi Gulat Internasional atau Federation Internationale de Lutte Amateur (FILA). Sejak itu FILA memperbaiki peraturan gulat internasional.

Perkembangan Gulat di Indonesia

sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia sudah mengenal gulat internasinal. Gulat ini dibawa oleh tentara Belanda. Masyarakat Indoensia ketika itu mengenal gulat sebagai tontonan di pasar malam atau pada pesta-pesta di kota besar sebagai acara hiburan.

Tahun 1941 – 1945 sewaktu Indonesia diduduki tentara Jepang, seni bela diri Jepang seperti Judo, Sumo dan Kempo masuk pula ke Indonesia, sehingga gulat secara berangsur-angsur menjadi hilang.

Tahun 1959 di Bandung pernah diadakan pertandingan gulat bayaran antara Batling Ong melawan Muh. Kunyu dari Pakistan. Dari Pakistan pertandingan itu mendapat perhatian yang cukup besar dari pencadu olahraga gulat di Indonesia, khususnya masyarakat di kota Bandung. Pertandingan itu diselenggarakan oleh PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat), suatu wadah olahraga amatir dan profesional tinju dan gulat di Indonesia. Mengingat pada waktu itu pemerintah dalam hal ini menteri olahraga tidak membernarkan adanya Organisasi Olahraga Tinju dan Gulat bayaran. Terlebih-lebih dengan adanya kebutuhan nasional dimana Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, maka ketua OC Asian Games menunjuk Kolonel CPM R. Rusli (sekarang Mayjen Purn), untuk membentuk suatu organisasi gulat amatir. Maksudnya Pemerintah berkeinginan agar Indonesia dapat menerjunkan pada pegulatnya dalam arena Asian Games IV itu. Kol. Rusli yang mendapatkan mandat dari Ketua OC Asian Games IV tahun 1962 itu segera melaksanakan tugasnya. Dihubunginya beberapa tokoh olahraga yang ada di Bandung diantaranya Batling Ong, Ong Sik Lok, M.Cc. M.F. Siregar, M.Sc., H.B. Alisahbana dan Abdul Djalil.

Selain beberapa kali mengadakan pertemuan di rumah Kol. R. Rusli di jalan Supratman Bandung, maka tepatnya pada tanggal 7 Pebruari 1960 didirikanlah sebuah organisasi gulat amatir Indonesia dengan nama Persatuan Gulat Seluruh Indonesia yang disingkat PGSI.

Dengan adanya kejuaraan dunia di Yokohama tahun 1961, maka PGSI mengadakan seleksi nasional untuk menentukan tim Indonesia ke kejuaraan dunia yang berlangsung pada bulan Juni 1961.

Empat pegulat terpilih dalam seleksi itu untuk mewakili Indonesia yaitu Rachman Firdaus (kelas 68 kg gaya bebas) Yoseph Taliwongso (kelas 68 kg gaya Yunani-Romawi) Sudrajat (kelas 62 kg gaya bebas) ketiganya dari Bandung, seoran gdari Yogyakarta yakni Elias Margio (kelas 62 kg gaya Yunani). Mereka ini didampingi oleh Kapten Obos Purwono sebagai tim manajer serta Batling Ong sebagai pelatih.

Dalam PON V tahun 1961 di Bandung olahraga gulat termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dengan mengambil tempat di Bioskop Varia (sekarang Nusantara). Daerah-daerah yang telah mempunyai pengurus mengirimkan para pegulatnya juga. Namun Jawa Barat tetap memborong medali terbanyak.

Tahun 1962 Asian Games IV berlangsung di Jakarta. Indonesia menurunkan para pegulatnya secara full team, mulai dari kelas 52 kg sampai dengan 87 kg. Prestasi para pegulat kita belum begitu menggembirakan, Indonesia hanya meraih 2 medali perunggu melalui gulat Mujari (kelas 52 kg) dan Rachman Firdaus (kelas 63 kg) yang keduanya bertanding dalam gaya Yunani-Romawi.

Dalam Ganefo I (Games of The New Emerging Forces) yang berlangsung di Jakarta tahun 1963, Indonesia juga mengikutsertakan pegulatnya. Yoseph Taliwongoso yang bertanding di kelas 70 kg, gaya Yunani-Romawi berhasil meraih medali perak, sedangkan Suharto kelas 97 kg, meraih perunggu.

Tahun 1964 PB. PGSI mengirimkan para pegulatnya ke RRC dan Korea Utara untuk menambah pengalaman. Diantara para pegulat yang dikirimkan itu ialah Rachman Firdaus, Joseph Taliwongso, Bambang Kantong, Saut Tambunan dan Wachmana.

Tahun 1965 menjelang diselenggarakannya PON VI di Jakarta, muncul pegulat-pegulat yang penuh bakat, seperti Suparman Hamid, Tigor Siahaan, Johny Gozali. Sayang para pegulat ini belum sempat menampilkan kebolehannya dalam arena PON VI yang batal karena situasi politik dan mengakibatkkan tersendat-sendatnya kemajuan para pegulat Indonesia.

Tahun 1966 menjelang Asian Games V di Bangkok, PGSI mengadakan kejuaraan nasional di Bandung. Setelah melakukan seleksi yang ketat terpilih pegulat-pegulat Rachman Firdaus, S.H., Ir. Suparman Hamid dan Ir. Saut Tambunan untuk memperkuat kontingen Indonesia.

Tahun 1967, diselenggarakan kejuaraan nasional di Surabaya, kesempatan ini merupakan yang terakhir kalinya dihadiri oleh Bapak Gulat Indonesia Batling Ong Hong Liong.

Tahun 1968, merupakan tahun yang sepi bagi PGSI karena tidak adanya kegiatan tingkat nasional. Kesempatan ini diarahkan untuk mempersiapkan diri menghadapi PON VII tahun 1969 di Surabaya.

Tahun 1969, diadakan PON VII di Surabaya dimana para pegulat dari daerah-daerah Sumatera Utara, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan mengukur kekuatannya dalam arena tersebut. Daam PON VII ini terlihat olahraga gulat semakin berkembang bahkan muncul pula wajah-wajah baru yang penuh semangat dan berbakat.

Tahun 1970, PGSI mendapat kesempatan lagi untuk ambil bagian dalam Asian Games VI di Bangkok. Untuk itu PGSI mulai menyusun tim dengan terlebih dahulu mengadakan kejuaraan nasional di Bandung. Para pegulat yang terpilih adalah Tigor Siahaan, Sampurno, Darmanto, dan Johny Gozali, namun kali ini gulat juga belum berhasil memperoleh medali untuk disumbangkan di pangkuan Ibu Pertiwi.

Tahun 1971, untuk pertama kalinya dan ternyata merupakan terakhir kalinya gulat dipertandingkan pula dalam POM (pkean Olahraga Mahasiswa) di Palembang.

Tahun 1972, menjelang PON VIII di Jakarta, terlebih dahulu diadakan babak kualifikasi bagi daerah-daerah yang akan ikut serta dalam PON. Untuk pelaksanaannya tahun itu juga PGSI menyelenggarakan kejuaraan Nasional di Medan dan bagi pegulat yang lolos dari babak kualifikasi dapat ikut serta dalam PON VIII tahun 1973 di Jakarta.

Dalam PON VIII ini pula dipertandingkan gulat dalam 2 nomor yakni gaya Yunani-Romawi dan gaya bebas.

Tahun 1973, ini PGSI juga kembali ikut serta dalam kejuaraan gulat di Glanbator, Mongolia dan tim Indonesia terdiri dari Tigor Siahaan, Syampurno, Johny Gozali dan Darmanto.

Selain itu kegiatan internasional yagn diikuti oleh para pegulat kita adalah :

- Tahun 1974 Asian Games VII di Teheran, PGSI mengirimkan pegulat Tigor Siahaan kelas 48 kg dan Johny Gozali kelas 62 kg ; kejuaraan dunia tahun 1978 di Mexico PGSI menerjunkan pegulat-pegulat Suwarto kelas 57 kg, Alfan Sulaiman kelas 62 kg, Tahi Sihombing kelas 68 kg dan Eddy Santoso kelas 74 kg.
- Tahun 1980, di Rumania PGSI mengirimkan pegulat Suwarto kelas 57 kg, Edison kelas 62 kg dan Alfan Sulaiman kelas 68 kg.
- Tahun 1982, Asian Games IX di New Delhi, PGSI mengirimkan Rubianto Hado kela s48 kg, Rusdi kelas 57 kg, dan Alfan Sulaiman kelas 62 kg.
Sejak pembentukannya tahun 1960 PGSI telah banyak melakukan kegiatan baik lokal, nasional maupun internasional. Frekuensi pertandingan bertambah dan daerah baru PGSI juga bertambah.

Saat ini di seluruh Indonesia PGSI mempunyai 17 Pengda :

1. Pengda PGSI Sumatera Utara, jalan Karantina 50 Medan,
2. Pengda PGSI Sumatera Barat, jalan Arief Rahman Hakim 6 Padang
3. Pengda PGSI Riau, Kepala Kantor Kecamatan Tebing Tinggi di Selat Panjang
4. Pengda PGSI Sumatera Selatan, GOR KONI Sumatera Selatan jalan Kapten A. Rivai Palembang
5. Pengda PGSI Jawa Barat, jalan Aceh 47- 49 Bandung
6. Pengda PGSI DKI Jaya, Manajer Stadion Utama Senayan Pintu 8 Jakarta
7. Pengda PGSI Jawa Tengah, SGO jalan Atmodirono 2/4 Semarang.
8. Pengda PGSI D.I. Yogyakarta, jalan Dr. Wahidin 20 Yogyakarta
9. Pengda PGSI Jawa Timur, jalan Ngagel Timur II/30 Surabaya
10. Pengda PGSI Kalimantan Tengah , SMOA Negeri Palangkaraya
11. Pengda PGSI Kalimantan Selatan, Kantor Depdikbud Kecamatan Banjar Barat jalan Batu Tiban Banjarmasin.
12. Pengda PGSI Kalimantan Timur, SGO Negeri Samarinda jalan pahlawan Samarinda
13. Pengda PGSI Sulawesi Utara, KONI Propinsi Sulawesi Utara jalan A. Yani Manado.
14. Pengda PGSI Sulawesi Selatan, jalan Hatimurah 2 Ujung Pandang
15. Pengda PGSI Sulawesi Tengah, Sdr. Suwardji SKKP negeri palu.
16. Pengda PGSI Sulawesi Tenggara, Sdr. Watimena jalan Fajarmerantau Kendari.
17. Pengda PGSI Irian Jaya, KONI Irian Jaya Jayapura.


http://silat-id.blogspot.co.id/

Selasa, 01 November 2016

cara bermain gateball


Permainan
Dimainkan oleh dua team yaitu team merah dan team putih, dimana masing-masing team terdiri atas 5 pemain. Team merah memegang bola ganjil (1,3,5,7,9) sedangkan team putih memegang bola genap (2,4,6,8,10). Team merah memukul bola terlebih dahulu lalu diikuti team putih sesuai urutan nomor bola. Bola dipukul melewati 3 gawang (gawang 1 sampai 3) dan menyelesaikan permainan bila telah menyentuh goal-pole. Pemenang ditentukan oleh jumlah total nilai yang diperoleh selama 30 menit waktu permainan.
court_2
Susunan team
Tiap team terdiri atas 5 pemain inti dan pemain cadangan samapi 3 orang, salah seorang pemain bertindak menjadi kapten team. Masing-msing team memiliki seorang manajer.
team
Pukulan pertama
Bola diletakkan pada area start, lalu dipukul sampai melewati gate pertama. Bila gagal, bola dikembalikan dan pemain tidak punya kesempatan memukul lagi, namun apabila berhasil, pemain mempunyai kesempatan satu kali lagi memukul bola. Bola tidak diijinkan masuk lapangan bila gagal melewati gate pertama.
start
Out ball
Disebut out ball, jika hasil pukulan atau spark menyebabkan bola keluar dari garis lapangan. Jika pada kesempatan memukul berikutnya, bola yang keluar tadi dipukul masuk ke lapangan mengenai bola lainnya dalam lapangan, hal ini merupakan pelanggaran. Jika bola tersebut melewati gate atau goal-pole, bola tersebut tidak memperoleh poin.
out
Touch dan Sparking
Keduanya sangat penting dalam permainan gateball.
Apakah touch? Ketika bola yang dipukul oleh pemain menyentuh atau mengenai bola lainnya (baik bola kawan maupun bola lawan) maka hal itu disebut “touch”. Bila kedua bola masih dalam garis permainan maka pemain mempunyai kesempatan melakukan sparking.
touch
Bagaimana melakukan sparking? Ambil bola yang tersentuh, inak bolamu di tempatnya berhenti lalu letakkan bola yang tersentuh tadi menempel pada bolamu dan arahkan sesua dengan keinginanmu. Kemudian pukul bolamu sehingga hanya bola yang tersentuh tadi yang bergerak lalu angkat kaki dari bolamu. Sparkingyang sukses memberikanmu kesempatan memukul satu kali lagi. Ketika melakukan sparking, dengan mempertimbangkan strategi permainan, bola yang tersentuh dapat diarahkan ke tempat yang menguntungkan team. Misalnya, bila bola kawan yang di-sparking bola diarahkan melewati gawang untuk memperoleh poin namun bila bola lawan, bola tersebut dapat di-sparking bola keluar dari garis permainan.
touch_4touch_2touch_3
Keterampilan team
Mengumpan, yaitu menempatkan bola pada posisi yang relevan untuk pemain berikutnya. Lihat diagram di bawah, pemain team merah bola 1 memukul bola sampai terletak antara bola 3 dan bola 5. Harapannya bola 3 mengenai bola 1 lalu melakukan sparking ke arah yang menguntungkan sekaligus memangkas jarak antara bola 3 dan 5 menjadi lebih dekat sehingga lebih memungkinkn menyentuh bola 5.
skill
Sparking untuk mengirim bola kawan ke posisi yang menguntungkan untuk pemukul berikutnya. Lihat diagram di bawah, bola merah 1 mengenai bola 5 lalu dengan sparking mengirim bola 5 ke dekat bola 3. Bola 1 masih punya kesempatan memukul dan melanjutkan permainan. Namun ingat posisi bola 2 agar tidak membahayakan bola 3.
skill_2
Sparking untuk mengirim bola kawan ke dekat bola lawan, yang bertujuan untuk mematikan bola lawan. Lihat diagram di bawah, bola merah 1 menyentuh bola 3 lalu dengan sparking mengirim bola 3 ke posisi yang dekat dengan bola 4. Namun ingat posisi bola 2 agar tidak membahayakan bola 3.
skill_3
Bila bola yang dipukul mampu melewati gawang (gate tsuka) sekaligus menyentuh bola setelah melewati gawang, bola tersebut mempunyai dua kali kesempatan memukul setelah berhasil melakukan sparking yang benar. Lihat diagram di bawah.
t1
Bila bola yang dipukul mampu mengenai dua bola sekaligus, maka setelah melakukan dua kali sparking, bola tersebut mempunyai dua kali kesempatan untuk memukul berikutnya. Ini disebut double touh.
t2





https://gateball.wordpress.com

peraturan gateball

Peraturan permainan Gateball yang dipergunakan adalah peraturan Internasional yang dikeluarkan World Gateball Union (WGU).

Sekilas penulis sampaikan beberapa peraturan dasar yang sering ditemui di lapangan :
  1. Pemain dilarang berada didalam lapangan, kecuali telah dipanggil oleh Wasit / Juri.
  2. Pemain dilarang menyentuh bola baik dalam keadaan diam maupun bergerak.
  3. Pemain dilarang melakukan pukulan lewat dari 10 (sepuluh) detik.
  4. Pemain dilarang mengganggu konsentrasi pemain lainnnya yang sedang melakukan pukulan.
  5. Bola dinyatakan masuk gawang dan mendapatkan nilai apabila bola tersebut telah melewati gawang/gate secara utuh (Gate Pass) dan datangnya dari arah depan.
  6. Khusus untuk gawang I, bila bola masuk gawang kemudian keluar dari lapangan maka bola tersebut dinyatakan tidak mendapatkan nilai (dikembalikan ke areal start).
  7. Bola yang dinyatakan masuk gawang I (pertama) dan mendapatkan nilai, dan langsung menyentuh bola lain, maka bola yang disentuh tidak boleh di sparking, melainkan dikembalikan kembali ke tempat semula. Untuk selanjutknya boleh disentuh/dicari kembali.
  8. Pemain tidak boleh mengenai bola yang sama hingga dua kali berturut –turut dalam sekali giliran.
  9. Pemain tidak boleh melakukan sparking apabila bola yang disentuh maupun bola yang menyentuhnya keluar dari batas garis dalam lapangan dan atau telah mengenai goal pole (game) lebih dulu.
  10. Bola yang datang dari arah belakang gawang baik dari dalam maupun luar lapangan berhenti dan berada di bawah gawang, kemudian disentuh bola lain hingga masuk gawang, dinyatakan tidak memproleh nilai.
  11. Apabila bola pemain menyentuh bola lain, dua kali atau lebih bola yang berbeda, maka kesempatan sparking dilakukan sebanyak bola yang disentuh, kemudian dapat melanjutkan pukulan sebanyak bola yang disentuh, asalkan sparking yang dilakukan sempurna selama masih dalam lapangan.
  12. Apabila pemain menyentuh bola lain, dan pada saat mengambil bola yang disentuh, salah satu bola baik yang tersentuh maupun yang menyentuh masih dalam keadaan bergerak, maka dinyatakan bersalah, tetapi bola yang bersangkutan tidak dikeluarkan dari lapangan.
  13. Bola masuk hasil sparking yang berada di bawah gawang tidak memproleh nilai.
  14. Baik sebelum dan sesudah masuk gawang bola pemain langsung menyentuh bola lain, maka setelah sparking kesempatan melakukan pukulan bertambah sesuai jumlah bola yang disentuh.
  15. Apabila saat melakukan sparking, bolanya sendiri terlepas dari injakan kakinya, dinyatakan salah dan bola tersebut ditaruh di luar lapangan, kemudian bola lainnya ditempatkan pada posisi semula saat melakukan sparking.
  16. Bola yang datang dari luar lapangan menyentuh gate atau masuk gawang tidak mendapatkan nilai, tapi pukulannya dianggap sah. Namun bila menyentuh bola lain dinyatakan bersalah dan bola yang menyentuh diletakan di luar lapangan dengan jarak yang terdekat dari tempat kejadian. Sedangkan bola yang disentuh dikembalikan ke tempat semula.
  17. Bola yang mengenai bola lain dari arah belakang dengan melewati gawang dinyatakan sah tapi tidak mendapatkan nilai, hanya boleh melakukan sparking.
  18. Penempatan arah bola yang akan di-sparking dapat dilakukan beberapa kali, asalkan waktunya tidak lebih dari 10 detik.
  19. Apabila bola yang di-sparking tidak bergeser lebih dari 10 cm (jarak ukuran bola), maka bola si pemukul dinyatakan salah, kemudian diletakan diluar lapangan dengan jarak yang terdekat dari kejadian.
  20. Apabila terjadi penggantian pemain, maka pemain yang telah diganti tersebut tidak boleh main kembali saat game tersebut masih berlangsung.
  21. Permainan dinyatakan berakhir apabila waktu telah mencapai 30 menit atau seluruh pemain dalam 1 regu telah menyelesaikan sampaj goal pole/game dengan total nilai 25. Kemudian pukulan diakhiri oleh pemain yang bernomor genap (bola putih).


http://charles067.blogspot.co.id/

sejarah gateball



SEJARAH GATEBALL


Sejarah Perkembangan Gateball


Gateball yang dicetuskan pertama kali oleh Eiji Suzuki di Hokkaido Jepang pada tahun 1947, merupakan hasil modifikasi terhadap permainan Croquet yang berasal dari benua Eropa, sebagian informasi menyebutkan berasal dari Perancis, namun sebagian lainnya menyebutkan berasal dari Inggris. Pada masa itu industri karet Jepang mengalami penurunan produksi yang sangat parah, sehingga masyarakat mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan dasar utama untuk kebutuhan berbagai peralatan permainan olahraga terutama untuk membuat bola.
Suzuki yang saat itu bekerja pada industri perkayuan di utara pulau Hokkaido, menyadari bahwa melimpahnya pasokan kayu dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi kekurangan karet dan kayu dapat digunakan untuk membuat peralatan permainan crocquet yang mulai dikenal di Jepang yaitu untuk membuat bola dan palu dari bahan dasar kayu. Dalam ketekunannya, Suzuki memodifikasi aturan permainan crocquet dan menciptakan permainan baru yang dinamakan gateball (Jepang: , geeto booru) sebagai permainan bagi para kaum muda.
Gateball mulai populer pada akhir tahun 1950-an, berkat jasa seorang instruktur pendidikan jasmani yang memperkenalkan gateball kepada kaum perempuan dan kelompok-kelompok masyarakat Kumamoto City yang telah lanjut usia. Pada tahun 1962, terbentuklah Asosiasi Gateball Kumamoto yang kemudian merumuskan seperangkat aturan permainan yang bersifat lokal. Pola permainan ini menjadi lebih dikenal secara nasional setelah didemonstrasikan pada pertemuan kebugaran nasional di Kumamoto pada tahun 1976.
Dalam waktu yang relatif singkat, popularitas gateball mulai dikenal oleh kalangan pejabat pemerintah daerah berkat adanya perwakilan dari kelompok warga yang sudah lanjut usia memperkenalkannya ke seluruh negeri. Pada tahun 1984, didirikanlah Japan Gateball Union (JGU) dengan ketua perdananya Ryoichi Sasakawa. Pada tahun itu, JGU mulai lebih mengembangkan peraturan permainan dan menyelenggarakan kejuaraan gateball tingkat nasional untuk pertama kalinya. Tahun berikutnya, JGU bersama dengan beberapa perwakilan negara yang telah mengenal permainan gateball antara lain dari Tiongkok, Korea Selatan, Brasil, Amerika Serikat, dan Cina Taipei membentuk World Gateball Union (WGU).
Seiring dengan perkembangan permainan gateball ke berbagai negara, beberapa negara lain mulai bergabung yaitu Bolivia, Paraguay, dan Peru pada tahun 1987, Argentina dan Kanada pada tahun 1989, selanjutnya Singapura bergabung pada tahun 1994 yang disusul oleh Hong Kong pada tahun 1998, Australia tahun 2003, dan Makau pada tahun 2005. Indonesia sendiri mulai bergabung secara resmi dengan WGU pada tanggal 21 Agustus tahun 2013 sebagai negara anggota ke 17 melalui persetujuan dari 43 anggota pemilik suara.
   Saat ini gateball disebut sebagai sebuah olahraga beregu yang menggunakan palu yang mirip dengan permainan crocquet. Gateball merupakan permainan cepat namun tidak ada kontak fisik antar pemain, dan memerlukan kemampuan akurasi dan perencanaan serta penerapan strategi yang sangat tinggi. Sehingga gateball dikatakan sebagai suatu ” highly dinamics strategic game “. Gateball dapat dimainkan oleh berbagai kalangan tanpa memandang usia atau jenis kelamin dan sampai dengan saat ini telah dimainkan oleh lebih dari 10 juta orang dari 17 negara yang tersebar di Australia, Amerika, dan Asia termasuk Indonesia. Gateball masuk ke Indonesia melalui Pulau Bali sekitar tahun 1994. Selanjutnya peminat permainan gateball menyebar secara perlahan ke berbagai kota di Indonesia mulai dari wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi, Yogyakarta, Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Jawa Tengah.

http://www.pergatsisulteng.com/